Surabaya-jatimhits.id. Di era digital ini, berbagai terobosan baru diciptakan untuk meringankan beban kerja, di berbagai bidang, termasuk di bidang kesehatan. Keinginan untuk membantu proses digitalisasi di bidang kesehatan ini rupanya mendorong mahasiwa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) untuk menciptakan aplikasi berbasis web bernama APIK PICU dr Soetomo.
Mahasiwa Departemen Sistem Informasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Kevin Haffizzana berhasil menciptakan aplikasi berbasis web bernama APIK PICU dr Soetomo. Aplikasi ini sebagai solusi untuk memudahkan kerja profesi perawat di bagian Pediatric Intensive Care Unit (PICU) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soetomo Surabaya. Dimana aplikasi berbasis website ini memungkinkan penggunanya untuk menyimpan data pasien, dan secara otomatis mendiagnosis tindakan perawatan yang diperlukan berdasarkan gejala dan keluhan yang dimasukkan dalam kolom pencarian.
Ide awal pembuatan aplikasi ini bermula dari keresahannya terhadap proses penanggulangan kesehatan yang cukup lama dan masih bersifat manual. Mulai dari pencatatan data hingga pengambilan tindakan, perawat diharuskan untuk membaca dan mencocokkan data pasien dengan buku panduan rumah sakit yang tebal dan banyak macamnya. Belum lagi jumlah buku yang terbatas sehingga tidak bisa menutup kebutuhan untuk perawat yang lebih banyak. Melihat kondisil tersebut, Kevin berpendapat bahwa tahapan yang panjang dan rumit ini dapat dipersingkat melalui proses digitalisasi.
“Makanya kita buat semacam bank data dari buku itu agar petugas medis tidak perlu membuka satu per satu halamannya,” ungkap mahasiswa asal Surabaya ini.
Pemakaian aplikasi berbasis website yang dikembangkan ini cukup mudah digunakan. Pada tahapan awal, para tenaga medis diharapkan untuk log in atau masuk menggunakan akun masing-masing. Setelah itu para tenaga medis dapat mengisi data pasien disertai gejala dan keluhan apa saja yang dialami.
Apabila seluruh data telah dimasukkan, sistem akan melakukan pencarian guna mengetahui beberapa diagnosis yang dialami pasien beserta tindakan yang baik dilakukan oleh perawat. Istimewanya, segala proses pencarian bersumber dari buku panduan RSUD dr Soetomo yang telah digunakan resepnya secara turun temurun.
Selain menyediakan fasilitas penyimpanan data pasien yang bisa dicetak kapan saja, pengguna dapat mengakses portal tersebut secara offline, baik melalui telepon genggam maupun laptop. Selain itu, keunggulan lain dari aplikasi ini tidak memerlukan media yang banyak, hanya dengan satu komputer atau server untuk menyimpan data maka aplikasi tersebut dapat dijalankan. Demikian juga dengan fitur log in yang dibuat secara khusus, hal ini untuk memastikan data yang ada di dalamnya aman karena tidak semua orang dapat mengaksesnya.
“Sehingga dengan menggunakan aplikasi ini membuat pekerjaan para tenaga medis menjadi lebih fleksibel dan praktis, tidak membutuhkan waktu yang lama,” ujarnya.
Meski membutuhkan waktu sekitar dua bulan untuk mengerjakan aplikasi ini, namun Kevin mengaku senang terhadap respon pihak PICU RSUD dr Soetomo yang menyambut peluncuran teknologi ini dengan sukacita. Bahkan ke depannya Kevin akan terus memantau keberadaan aplikasi ini bahkan ia bersedia memperbaiki ataupun memperbarui fitur yang ada dalam aplikasi ciptaannya ini.
Dengan hadirnya aplikasi yang dikembangkan ini, diharapakan aplikasi ini nantinya bisa dikembangkan lebih luas lagi dengan menambah berbagai fitur lain agar pemanfaatannya lebih kompleks, seperti pencatatan rekam medis atau inventori.
“Saya berharap, semua proses yang saat ini masih dikerjakan secara manual bisa beralih ke digitalisasi. Selain mempermudah kerja para tenaga medis, juga mempersingkat proses penanganan pasien. Sehingga semuanya bisa berjalan cepat, praktis dan tidak perlu ribet,” pungkasnya. (dea)