Jatimhits.id (Surabaya) – Tidak dipungkiri ditengah banyaknya bangunan pencakar langit dan gemerlap Kota Surabaya yang saat ini kita nikmati, keberadaan bangunan tua yang usianya sudah ratusan tahun atau sekitar abad 17-18 banyak kita temui dan tersebar di berbagai sudut kota Surabaya ini punya andil besar terhadap kemajuan kota ini.
Keberadaan bangunan tua ini menyimpan jejak berbagai kisah masa lalu dan bisa dikatakan bangunan tua ini menjadi saksi bisu cerita sejarah masa lampau kota ini. Apalagi Kota Surabaya sebagai kota pahlawan yang menyimpan banyak cerita sejarah kemerdekaan Indonesia bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka.
Terbukti dengan banyaknya bangunan tua bergaya Eropa, Tiongkok dan Arab banyak kita temui di berbagai sudut kota. Hal ini menunjukkan bahwa kota ini dimasa lampau mempunyai peradaban yang luar biasa.
Bersyukur, Kota Surabaya yang sudah berusia 730 tahun ini pemerintah Kota Surabaya masih peduli dengan keberadaan bangunan tua yang tersebar diberbagai sudut kota. Bahkan Pemerintah Kota Surabaya juga sudah melakukan berbagai upaya agar bangunan tua ini tetap lestari meskipun jaman terus bergantian mengejar kemajuan teknologi. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melakukan pendataan dan pencatatan bangunan tua yang mempunyai nilai sejarah yang tinggi dan kemudian menetapkan menjadi bangunan cagar budaya yang harus tetap dijaga dan dirawat dengan baik tanpa mengubahnya.
Sehingga kita para generasi muda masih bisa menikmati keindahan bangunan bersejarah tua yang masih terperihara dengan baik. Bahkan Pemerintah Kota Surabaya juga sudah melakukan berbagai upaya agar bangunan tua ini tetap lestari meskipun jaman terus berganti mengejar kemajuan jaman dan teknologi.
Menurut Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Surabaya, DR Retno Hastijati berdasarkan data yang dimiliki tim cagar budaya Kota Surabaya saat ini ada 283 bangunan tua yang sudah tercatat menjadi bangunan cagar budaya hingga saat ini kondisinya relatif baik dan beberapa diantaranya dimanfaatkan menjadi perkantoran, tempat usaha atau kafe bahkan fasilitas publik. Meski ada beberapa bangunan cagar budaya yang terlihat tidak terawat, hal ini dikarenakan bangunan cagar budaya ini milik swasta, sehingga pemerintah Kota Surabaya tidak memiliki kewenangan terhadap bangunan cagar budaya tersebut. .
“Saat ini di Kota Surabaya ada sekitar 283 bangunan tua yang sudah ditetapkan menjadi bangunan cagar budaya,” kata Hesti panggilan akrabnya ketika ditemui beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut, dosen arsitek Untag Surabaya mengatakan bahwa penanganan keberadaan bangunan cagar budaya di Kota Surabaya sudah sangat baik. Bahkan saat ini Pemerintah Kota Surabaya melakukan berbagai terobosan agar bangunan bersejarah ini tidak hanya menjadi bangunan bersejarah biasa namun bisa dikembangkan sehingga bisa menjadi penguat potensi wisata warisan budaya. Bahkan saat ini pemerintah Kota Surabaya mulai memprioritaskan pengembangan wisata di kawasan cahar budaya dengan cara tematik sehingga bisa menjadi lebih menarik tanpa merubah sejarah cerita masa lalunya.
Dimana tematik yang dimaksud adalah mengembangkan kawasan sekitar cagar budaya dengan tidak melepaskan akar sosial dan kultur masyarakat yang ada dikawasan tersebut.
Seperti menghidupkan kawasan pecinan atau sekitar kembang jepun, jalan coklat dengan klenten tertuanya Hok An Kiong yang dibangun tahun 1821 serta rumah abu Han Boei Ko di jalan karet yang dibangun tahun 1876. Dimana kawasan inj menonjolkan budaya tionghoanya. Sehingga bisa dikemas menjadi satu kesatuan dengan tema wisata pecinan.
Kemudian kawasan kampung arab disekitar Jalan KH Mas Mansyur, Pasar Pabean serta kawasan wisata religi Sunan Ampel yang sudah sangat sehingg terkenal dan sudah menjadi tujuan wisatawan. Karena kawasan kampung arab sudah terkenal makan disini pemerintah kota Surabaya tinggal memolesnya dengan mengenalkan keunikan dari makanan khas yang ada di kawasan tersebut seperti gule mariyan, pukis arab dan lain sebagainya.
Selain itu, kawasan Eropa disekitar jalan jembatan merah hingga kawasan tunjungan yang masih banyak di jumpai bangunan jaman eropa. Hal ini tentu akan menjadi daya tarik wisatawan dari luar negeri untuk bernostalgia menikmati masa lalu.
Dengan mengangkat wisata bertema tematik ini tentu akan menjadi daya tarik tersendiri. Selain potensi wisata bersejarah atau heritage, juga bisa mengembangkan potensi ekonomi kreatif dari warga sekitar kawasan cagar budaya tersebut.
Selain itu Pemerintah kota juga menghidupkan kampung asli Suroboyo yang masih memiliki banyak peninggalan bangunan tua bersejarah seperti kampung maspati atau kampung peneleh yang dijadikan kampung wisata heritage. Sehingga kawasan ini menjadi ramai didatangi tidak hanya warga Surabaya tetapi bisa menarik wisatawan baik lokal maupun wisatawan luar negeri yang mungkin ingin bernostalgia mengenang keluarganya yang pernah tinggal di Surabaya.
Diakui Hesti, saat ini warga kota Surabaya sudah mulai memahami dan sadar tentang bagaimana merawat keberadaan bangunan cagar budaya dan bagaimana memanfaatkannya karena dengan memanfaatkan bangunan cagar budaya yang ada di Kota Surabaya merupakan salah satu cara untuk melestarikan dan merawat bangunan cagar budaya itu sendiri.
Bahka baru-baru ini Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) Surabaya juga tengah mengkolaborasikan konsep living Heritage atau destinasi wisata yang berhubungan erat dengan pelestarian bangunan tua bersejarah yang di kemas secara modern tanpa menghilangkan nilai sejarah bangunan itu.
Diharapkan dengan hadirnya desnitasi wisata yang berkonsep living Heritage ini selain bisa menghidupkan kembali kehidupan sosial masyarakat juga bisa menjaga pelestarian bangunan tua ini agar tidak rusak. Sehingga dengan hadirnya konsep wisata ini para pengunjung baik wisatawan lokal maupun luar negeri yang datang ke Kota Surabaya masih bisa merasakan kehidupan budaya atau tradisi masyarakat Surabaya pada jaman dulu
Semoga konsep wisata ini segera terealisasi tidak hanya sekedar wacana atau program sesaat saja. Ganti Walikota berganti pula programnya.
Karena salah satu upaya melestarikan dan merawat serta mengelola bangunan bersejara berkaitan dengan identitas serta karakter suatu kota yang dapat menguntungkan kota itu sampai generasi yang akan datang. Sehingga meski kemajuan tehnologi terus tumbuh seiring dengan banyaknya bangunan pencakar langit dan gemerlapnya lampu kota namun tidak menenggelamkan banguan tua yang punya cerita sejarahnya.
Biarlah bangunan tua ini tetap berdiri kokoh tanpa ditelan reruntuhan jaman dan tetap bisa bersinar menghiasi kota ini. Biarlah generasi muda yang akan datang bisa menikmati keindahan masa lalu kotanya lewat bangunan tua bersejarah yang masih tersisa. Bangsa yang besar tidak akan melupakan sejarah bangsanya sendiri, termasuk bangunan bersejarah. (Deasy)