Jatimhits.id (Surabaya) – Tepat setelah 5 tahun, pertemuan dengan Disbudpar Kota Surabaya, ahli sejarah Prof. Dr. Purnawan Basundoro, Ahli cagar Budaya Dr. Ir.Retno Hastijanti MT, IPU dan Profesor Ir. Johan Silas, akhinya komplek pemakaman Ki Ageng Pengging 2 (Kebo Kenongo) seluas 20×20 meter, yang berlokasi di jalan Ngagel 87 Surabaya resmi dihibahkan kepada Pemkot Surabaya, Jumat (29/7/2022)
Prosesi penyerahan ditandai dengan penandatangan Surat Hibah dan Prasasti serta pemotongan tumpeng oleh Walikota Surabaya Eri Cahyadi bersama Erwin Sosrokusumo, perwakilan Keluarga Sosrokusumo selaku pemilik tanah komplek makam Ki Ageng Pengging 2 atau Kebo Kenongo.
Menurut Erwin Sosrokusumo, Kompek Ki Ageng Pengging di jalan Ngagel ini merupakan peninggalan keluarga Sosrokusumo. Seperti diketahui pada jaman dulu keluarga Sosrokusumo dikenal sebagai tuan tanah di sekitar kawasan Bagong sampai Bagong Ginayan Surabaya termasuk komplek makam yang masih ada memiliki trah kerajanaan Majapahit.
Ki ageng Pengging 2 ini merupakan cucu dari Brawijaya V atau Bhre Kertabhumi. Dimana Ki Ageng Pengging Sepuh atau Handayaningrat yang tidak lain ayah dari Kebo Kenongo ini menikah dengan Retno Pambayun yang putri Brawijaya V.
Oleh karena itu, sejak jaman dulu perawatan makam ayah Joko Tingkir ini akan selalu diwariskan kepada anak laki laki generasi berikutnya. Kalau anak perempuan tidak mungkin, karena pasti ikut suaminya.
Erwin mengaku dirinya mendapat amanat dari Bapaknya untuk merawat makam ini sejak tahun 1977.
Ia sangat senang akhirnya bisa menghibahkan komplek makam Ki Ageng Pengging 2 atau Kebo Kenongo. Pria yang ahli membatik ini mengaku sudah ikhlas tanah dan bangunan yang ada di komplek pemakaman Ki Ageng Pengging ini diserahkan kepada Pemkot Surabaya.
Diharapkan ke depannya perawatan pemakaman itu bisa lebih baik. Apalagi, bangunan ini sudah menjadi cagar budaya, sehingga ini sudah tepat.
“Saya sudah Ikhlas menghibahkan komples makam ini kepada Pemerintah Kota Surabaya. Apalagi saya sudah tua, usia saya sudah 67 tahun, sebentar lagi mungkin saya sudah tiada. Selain itu saya juga tidak memiliki anak laki-laki yang nantinya akan meneruskan merawat makam ini. Makanya, sebelum saya tiada, saya akan tata semua ini menjadi sesuatu yang baik untuk masyarakat dan baik untuk negara,” kata Raden Erwin ketika ditemui usai acara prosesi hibah makam.
Sementara itu, Walikota Surabaya Eri Cahyadi menyampaikan terimakasih kepada Erwin yang telah menghibahkan komplek pemakaman ini kepada Pemkot Surabaya.
Nantinya setelah ini diserahkan kepada pemkot, maka pemkot akan melakukan perbaikan-perbaikan di komplek pemakaman tersebut.
“Apalagi beliau (Ki Ageng Pengging 2 ) ini adalah salah satu pendiri Kota Surabaya, tanpa kehadiran beliau, tanpa perjuangan beliau, tidak mungkin Surabaya ini bisa terbentuk. Jadi, sudah seharusnya ini mendaptkan perhatian dari Pemkot Surabaya,” kata mantan kepala Bappeko Kota Surabaya.
Sebenarnya, lanjut dia, tidak hanya pemakaman Ki Ageng Pengging saja yang mendapatkan perhatian dari Pemkot Surabaya. Namun, beberapa makam para ulama dan para leluhur yang ada di Surabaya juga menjadi perhatian pemkot, sehingga beberapa pemakaman itu banyak yang diperbaiki, termasuk pemakaman Mbah Benowo dan lainnya.
“Semua itu saya lakukan karena Surabaya ini menjadi hebat, Surabaya ini menjadi makmur karena berkat doanya para alim dan ulama, serta para wali yang ada di Surabaya. Yang mana beliau-beliau itu adalah orang-orang yang memang mempunyai hati yang bersih dan terus mendoakan warga Kota Surabaya,” tegasnya.
Pada kesempatan ini Eri juga menjelaskan bahwa kunjungannya ke pemakaman Ki Ageng Pengging ini bukan yang pertama. Sebab, jauh hari sebelum dia menjadi Wali Kota Surabaya, tepatnya saat dia masih menjabat Kepala Dinas Cipta Karya, ia sudah meminta izin kepada juru kunci makam dan pihak keluarga untuk melakukan perbaikan-perbaikan di komplek pemakaman Ki Ageng Pengging tersebut.
“Saat itu saya sampaikan bahwa kalau Surabaya ini ingin enak dan nyaman tentram, maka makamnya para wali dan makamnya para leluhur Surabaya itu harus diperbaiki, sehingga saat itu langsung diperbaiki, dan alhamdulillah sekarang sudah bagus dan rapi,”
Walikota Surabaya ini juga meminta agar jajarannya untuk terus memperbaiki dan merawat komplek pemakaman itu. Serta melengkapi pemakaman itu dengan silsilah yang langsung nyambung hingga ke Nabi Muhammad SAW.
Bahkan, ia meminta pagar yang ada di sisi barat atau perbatasan dengan jalan ngagel bisa dibuatkan pagar itu yang tetap mencerminkan bahwa itu masih ada trah keturunan Majapahit.
“Karena bagaimana pun juga, ini tidak bisa lepas dari sejarah, kita harus ingat itu dan tidak boleh melupakan itu, sehingga perjuangan beliau-beliau ini menambah tekad kita untuk terus memberikan yang terbaik untuk warga Kota Surabaya. Selain itu, ini juga sebagai pusat pembelajaran bagi kita semua, terutama anak-anak Surabaya supaya tahu perjuangan para leluhurnya, perjuangan para wali untuk mensejahterakan umatnya, sehingga diharapkan kita bisa mengambil pelajaran dan hikmah dari perjuangan tersebut,” katanya. (Deasy)