Jatimhits.id (Surabaya) – Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya berkolaborasi dengan wartawan pendidikan menggelar diskusi ilmiah ‘Menyambut 1 Abad NU: Arah Pendidikan NU di Era Digital’, Sabtu (4/2).
Kegiatan ini merupakan rangkain untuk menyemarakan harlah satu abad Nahdlatul Ulama (NU) yang puncaknya akan di gelar di GOR Delta Sidoarjo pada 7 Februanri 2023 mendatang.
Sejumlah nara sumber terkemuka dihadirkan diantaranya, Sunan Fanani, Sekretaris LP Ma’arif Jawa Timur, M. Adri Budi, Prinsipal Manager Inovasi Jawa Timur, Prof Dr Ir Achmad Jazidie, M.Eng, Ketua Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) Jatim. Sedangkan yang menjadi keynote speaker adalah Prof Muhammad Nuh, DEA, Rois Syuriah PBNU.
Menurut Prof Nuh yang menjadi kaynote speaker, memasuki 100 tahun atau 1 Abad Nahdatul Ulama (NU) merupakan momen yang langkah. Dimana nantinya akan ada semacam pertemuan besar atau reuni akbar antara para muziz, pendiri, para pejuang dan para pendahulu yang sudah sangat berjasa bagi NU. Sehingga dengan adanya harlah 1 abad NU ini seperti pertemuan kembali antara anak cucu yang sudah lama tidak pernah bertemu dengan”orang tua”. Hal ini tentu akan disambut luar biasa dan akan menjadi sesuatu hal yang sangat terindah.
“Oleh karena itu, untuk menutup 100 tahun ini dan menyambit 100 tahun yang akan datang, warga Nahdliyin harus berlomba mengukir prestasi di bidang apapun. Ini adalah tantangan bagi NU,” kata mantan menteri pendidikan di hadapan para peserta diskusi yang berada dikafe Fastron Tower lantai Unusa Surabaya.
Inilah yang menjadi tantangan yang harus dilakukan semua warga Nahdliyin. Karena dengan banyak menciptkan prestasi ini akan memberikan manfaat yang luar bisa bagi masyarakat.
Selain warga Nadliyin juga harus tahu apa yang dibutuhkan masyarakat saat ini.
“Kalau kita tidak tahu apa yang dibutuhkan masyarakat, bagaimana cara kita bisa bermanfaat bahi masyarakat. Oleh karena itu kita harus tahu dulu apa yang dibutuhkan masyarakat,” tegasnya.
Saat ini ada 3 hal yang dibutuhkan masyarakat yaitu kebutuhan tentang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. “Kalau semua itu bisa kita raih, maka kehadiaran kita sebagai warga Nadliyin akanbisa memberikan manfaat. Jika kita sudah memberikan manfaat maka Insya Allah kita akan dipanjangkan umurnya termasuk umur sosialnya,”tandasnya.
Sementara itu Sunan Fanani, Sekretaris LP Ma’arif Jawa Timur mengungkapkan, bahwa Nahdlatul Ulama (NU) saat ini telah menyiapkan sumber daya yang profesional dalam menciptakan anak didik yang berkualitas. Menurutnya, di tengah persaingan global mau tidak mau NU harus hadir dalam upaya menciptakan kualitas pendidikan yang lebih baik. “Maka dari itu yang dilakukan NU dijadikan sebagai alat utama untuk perubahan budaya di masyarakat,” ujarnya.
Sunan menuturkan, LP Ma’arif NU telah langkah-langkah untuk menghadapi era digital. Adapun ketiga langkah tersebut, yakni melakukan analisa akan kebutuhan dan kondisi.
“Karena kita tahu lembaga pendidikan di lingkungan NU itu tidak semuanya sama. Jadi mereka berbeda kualitasnya,” tambahnya.
Diskusi tersebut juga menghadirkan M. Adri Budi, Prinsipal Manager Inovasi Jawa Timur, yang menyoroti tingkatan kualitas pembelajaran di ruang madrasah. Dengan adanya tingkatan pembelajaran apapun bentuknya, digital maupun non digital, akan mempengaruhi perilaku anak hingga perilaku guru.
“Otomatis akan berdampak pula pada perangkat-perangkat lain yang harus disiapkan di madrasah. Kelas yang nyaman akan turut pula berdampak pada aktivitas belajar anak di kelas,” kata Adri.
Menurut Adri, di masa pandemi ada banyak guru yang telah membuat tutorial khusus untuk perangkat pembelajaran.
“Di masa pandemi guru lebih kreatif dan inovatif menyiapkan media ajar,” tandasnya.
Sementara itu, Prof Dr Ir Achmad Jazidie, M.Eng, Ketua Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) Jatim, menuturkan sejatinya warga Nahdliyin sudah mengerahkan segala upaya dalam memobilisasi massa. Namun terkadang masih agak tidak profesional.
“Kita harus bisa menjadi orang-orang yang profesional. Apalagi di era teknologi ini tantangan menjadi tidak ringan,” ujarnya.
Menurutnya, salah satu cara untuk menjawab tantangan tersebut adalah memperbaiki bidang pendidikan terutama di jenjang perguruan tinggi. “Hindari juga gesekan. (Diakui atau tidak) kita ini masih sering gegeran (ribut) sendiri,” tukas rektor Unusa ini.
Selain dihadiri para mahasiswa diskusi ini juga dihadiri para guru dan para dosen.(Deasy)