Jatimhits.id (Surabaya) – Wakil Ketua MA Bidang Yudisial Prof (HCUA) Dr. Sunarto,SH,MH Dikukuhkan Menjadi Guru Besar Kehormatan (Honoris Causa) Fakultas Hukum Unair
Pengukuhan ini dipimpin langsung oleh Rektor Unair Prof Mohammad Nasih, SE, MT, Ak di Gedung Aula Garuda Mukti Kampus C MERR Surabaya.
Dalam paparannya, Prof (HCUA) Dr. Sunarto,SH,MH menjelaskan tentang menjaga keadilan dan integritas bagi seorang hakim.
Dimana menjadi seorang hakim bukanlah tugas yang mudah. Seorang hakim harus memiliki pemahaman yang mendalam terkait nilai-nilai keadilan.
“Hakim lebih dari itu, hakim adalah penjaga keadilan. Dimana nilai-nilai keadilan bukan semata berasal dari buku-buku ilmu hukum. Akan tetapi, dari pemahaman yang bersumber dari hati nurani paling dalam,” tuturnya.
Baginya hukum tanpa adanya keadilan, hanya seperangkat aturan yang kering tanpa ruh di dalamnya. Hakim seyogianya mampu melihat di luar batas formalitas hukum serta memperhatikan dampak sosial, budaya, dan kemanusiaan dalam mengambil keputusan.
Lebih lanjut, Prof (HCUA) Sunarto yang sudah 37 tahun menjadi hakim mengatakan bahwa ketika mengambil keputusan, seorang hakim juga harus menjadi ahli dalam ilmu dan penalaran. Karena keadilan tidak mungkin terwujud jika hakim hanya terpaku pada pengetahuan hukum semata tetapi seorang hakim juga harus menjadi ahli dalam ilmu dan penalaran.
“Keadilan tidak mungkin terwujud jika hakim hanya terpaku pada pengetahuan hukum semata. Hakim harus menjadi pembelajar sepanjang hayat, terus-menerus mengasah pengetahuan dalam berbagai disiplin ilmu,” ujarnya.
Lebih lanjut Sunarto percaya bahwa dengan tegaknya keadilan maka sebuah negara akan mencapai puncak kemajuan.
“Kepuasan masyarakat terhadap sistem peradilan yang adil dan transparan, akan menjadi pondasi kuat bagi keberlangsungan bangsa,” tegasnya.
Akan tetapi keadilan akan sulit terwujud jika hakim hanya menjadi mesin yang memproses hukum. Hakim harus bisa merasakan denyut keadilan yang hidup dalam setiap bagian jiwanya.
Sementara itu Rektor Unair, Prof Dr Mohammad Nasih mengatakan bahwa seorang hakim mengemban amanah dan bertanggung jawab yang besar. Tidak hanya sebagai penengah dalam suatu perkara tetapi juga sebagai penegak hukum yang seadil-adilnya.
“Maka, menjadi seorang hakim merupakan tugas yang mulia dan sudah sepantasnya mendapatkan reward yang luar biasa sepadan dengan amanah dan tugas yang mereka emban, ” kata Prof Nasih.
Lebih lanjut, Prof Nasih menambahkan bahwa seorang hakim harus menjadi tonggak dari sebuah bangsa. Suatu negara dapat dinyatakan tentram dan sejahtera apabila seorang hakim berlaku tegak lurus dengan kebenaran serta keadilan. Hakim memiliki peran strategis dalam penentu masa depan bangsa.
Karena posisi Hakim sangat strategis maka dibutuhkan mekanisme pendidikan yang menghasilkan calon-calon hakim yang berkualitas dan relevan. Selain itu yang lebih penting lainnnya adakah integritas dari seorang hakim dan para pendidik sangat dibutuhkan didalamnya.
“Melalui pendidikan yang berkualitas niscaya akan menghasilkan hakim-hakim yang berkualitas pula. Oleh karena itu, harapannya para lulusan Fakuktas Hukum (FH) Unair akan selalu berperilaku dan menjalankan hukum dengan baik,” ujar.Prof Nasih
Lebih lanjut, Prof Nasih menambahkan bahwa menjadi seorang guru besar sangatlah mudah, tetapi untuk mendapatkan gelar tersebut dibutuhkan keteladanan.
Selain itu, seorang guru besar juga harus terus belajar tanpa mengenal waktu maupun usia. Dan mempertahankan keteladanan juga menjadi tantangan besar selama menjadi guru besar.
“Perjalanan panjang Prof (HCUA) Sunarto selama 37 tahun. Ia membawa dampak yang besar di bidang ilmu hukum di Indonesia. Hal-hal itulah yang harus menjadi contoh untuk generasi mendatang,” imbuhnya.
Selain itu, baginya integritas seorang hakim juga dirasa juga sangat penting. Dimana Integritas bukan sebatas tidak menerima suap atauntidak terlibat korupsi, tetapi hakim juga harus konsisten dalam menjalankan prinsip keadilan, meskipun dalam kondisi tidak nyaman atau mengandung resiko yang besar.
Selain di hadiri keluarga Prof Dr Sunarto, pengukuhan ini juga dihadiri Menteri Hukum dan HAM Yasonna H. Laoly, Ketua Mahkamah Agung Muhammad Syarifuddin, Ketua Yudisial Amzulian Rifai, Ketua IKA Unair Khofifah Indar Parawansa dan Ketua PBNU Yahya Cholil Tsaquf dan Ketua Muhammadiyah Haedar Nashir. (Dsy)