Jatimhits(SURABAYA)- Ditengah cuaca panas yang menyengat di musim kemarau, Matdrai (60 tahun) seorang petani di Kelurahan Made Surabaya mengecek tanaman cabai miliknya di kebun pada Selasa siang (03/09/24).
Sembari memegang tanaman cabai miliknya raut wajah petani ini mengisyaratkan kesedihan. Betapa tidak , seluruh tanaman cabai yang ditanam di kebun seluas 3000 meter persegi itu mati kering karena cuaca panas dan tak ada air.
Matdrai mengaku, seharusnya momen saat ini adalah momen dirinya memetik hasil panen dari tanaman cabai yang telah dia rawat sejak pembibitan. Dengan kondisi kekeringan yang melanda Matdrai meratapi kebun cabainya yang sudah pasti tak bisa balik modal.
” Seharusnya panen tapi suasananya kayak gini ya nggak panen mas , nggak bisa kembali dananya (modal), mati semua kering,padahal orang tani itu yang dicari ini mas”, akunya.
Matdrai menjelaskan , dengan kondisi musim kemarau ini tanaman cabainya hanya bisa panen dua kali kemudian mati. Padahal, normalnya tanaman cabai bisa dipanen hingga lima belas kali.
“Hanya dua kali panen langsung mati, saat panenpun cabainya nggak sehat, hasilnya nggak ada buahnya.Harusnya panen 15 kali, ini baru 2 kali sudah nggak ada, mati”, jelas Matdrai.
Untuk pengairan, Matdrai mengaku jika kebun cabai miliknya merupakan kebun tadah hujan, oleh karenanya jika musim kemarau tiba kebun yang ia garap akan kering jika tidak ada bantuan pengairan dari pemerintah.
” Pengairanya ya tadah hujan, kalau nggak ada support dari pemerintah ya gini ini mas kering semua, ya sudah berhenti mas nunggu hujan”, ujarnya.
Matdrai juga mengaku akibat gagal panen ini dirinya mengalami kerugian hingga sepuluh juta rupiah.
“Ya kalau dihitung kerugianya 10jutaan belum tenaga orangnya . Ini luasnya 3000 meter persegi , ini kalau panen sekali panen hasilkan cabai 1 kuintal”, pungkasnya.
Sementara itu Karnoto , ketua kelompok tani Sendang Biru Kelurahan Made ,Kecamatan Sambikerep, Surabaya menyatakan musim kemarau tahun ini membuat lahan pertanian di kawasan Kelurahan Made kering, dan sumber air juga diakui minim.
” Dampak musim kemarau ini ya sangat terasa sekali pak, karena daerah kami daerah kering , dan untuk sumber air sangat minim , karena kekurangan air banyak tanaman kami yang alami kekeringan, kayak cabai itu banyak yang mati kering”, ujarnya.
Karnoto menyebut, tanaman pertanian cepat mati karena musim kemarau saat ini juga diperparah dengan adanya hama yang sulit untuk dikendalikan.
“Kayak gini ini terjadi ledakan hama dan sulit dikendalikan kalau musim kemarau , berbeda dengan musim hujan”,tandasnya.
Sementara itu prakirawan BMKG Ady Hermanto, S.Si , dikonfirmasi melalui pesan singkat menyatakan, wilayah Jawa Timur akan memasuki musim hujan pada pertengahan bulan November hingga awal bulan Desember tahun ini.
“Untuk awal musim penghujan di Jatim kami prediksi antara pertengahan November hingga awal Desember”, terangnya. (Tama)