Jatimhits.id (Surabaya) – Hampir 2 tahun, Indonesia maupun negara-negara di dunia terdampak pandemi covid-19. Selain membuat dunia kesehatan kalang kabut, sektor ekonomi juga banyak terdampak. Namun, semangat optimisme dan produktif di tengah pandemi harus tetap dibangun. Demikian ajakan Dr Ir Jamhadi, MBA, selaku Ketua Aliansi Pendidikan Vokasional Seluruh Indonesia (APVOKASI) Jawa Timur saat menjadi Pemateri dalam Kuliah Umum yang digelar Program Pasca Sarjana Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Banjarmasin, Senin (13/9)
“Mari kita menjalani kehidupan dengan optimisme meski sedang menghadapi pandemi covid-19. Yakinlah pandemi segera berakhir dengan tetap menjalani kegiatan sesuai protokol kesehatan,” ujar Jamhadi, yang jadi Pemateri mengusung tema ‘Optimisme Pemulihan Ekonomi Dari Disrupsi Ekonomi Pandemi Dunia.
Dijelaskan Jamhadi, meskipun saat ini pandemi covid-19 masih berlangsung, bukan berarti kegiatan ekonomi lumpuh. Justru, disaat pandemi covid-19, beberapa indicator ekonomi mencatatkan pertumbuhan yang positif. Seperti misalnya investasi dan perdagangan, meski sektor pariwisata belum sepenuhnya normal. Hal tersebut dinilai Jamhadi sebagai kesuksesan program Pemerintah pusat dan daerah yang telah mengalokasikan porsi besar dalam APBN untuk mendukung pemulihan ekonomi dan kesehatan.
Lebih lanjut, menurut Jamhadi, berbagai dukungan dari Pemerintah antara lain berupa subsidi bunga untuk pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), sebesar Rp 34,15 triliun, dan insentif pajak Rp 28,06 triliun. Selain itu, Pemerintah juga menggelontorkan anggaran untuk penjaminan untuk kredit modal kerja bagi UMKM sebesar Rp 6 triliun. Tidak hanya untuk UMKM. Pemerintah juga mengalokasikan anggaran untuk mendukung korporasi, seperti pemberian insentif pajak sebesar Rp 34,95 triliun, penempatan dana pemerintah di perbankan untuk restrukturisasi debitur UMKM sebesar Rp 35 triliun.
“Pemerintah juga mengalokasikan anggaran sebagai upaya pemulihan kesehatan sebesar Rp 214,9 triliun serta perlindungan sosial masyarakat berjumlah Rp 187,8 triliun. Juga ada program sosial lainnya, seperti program keluarga harapan, kartu sembako, dan lain-lain,” ungkap Jamhadi, yang juga menjadi Dewan Pertimbangan Kamar Dagang Dan Industri (KADIN) Kota Surabaya.
Selain itu, sumber daya alam (SDA) di Indonesia sangat melimpah, khususnya di Kalimantan. “Hal itu perlu dieksplorasi dengan melibatkan masyarakat lokal,” kata Jamhadi.
Sementara itu di sektor perdagangan, Jamhadi menyampaikan kabar baik jika neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2021 mengalami surplus sebesar 2,59 miliar dollar AS. Berdasarkan negara mitra dagang, Indonesia mengalami surplus terbesar dengan Amerika Serikat yakni mencapai 1,27 miliar dollar AS, Filipina 533 juta dollar AS, dan Malaysia 397,5 dollar AS.
“Dan saat ini ekspor di dunia itu sebagian besar atau 90% lewat jalur laut, dan sebanyak 40% dari Indonesia. Oleh karena itu Indonesia patut dibanggakan karena perdagangan berkontribusi positif,” ujarnya.
Alasan lain kenapa harus optimis di tengah pandemi ialah realisasi investasi di Indonesia yang mencatatkan kinerja positif, antara lain realisasi investasi penanaman modal asing berdasarkan lokasi periode Jauari-Maret (TW 1), diperingkat utama 5 besar ialah Jawa Barat dengan nilai USD 1.445,1 miliar dengan 3.083 proyek, DKI Jakarta sebesar USD 1.003,5 dari 2.848 proyek, Sulawesi Tengah sebesar USD 577,4 dengan 99 proyek, dan Riau USD 557,6 dari 179 proyek.
“Realisasi investasi pada 2021 ditargetkan mencapai Rp 858,5 triliun, lebih tinggi dibandingkan target realisasi 2020 sebanyak Rp817,2 triliun. Optimistis investasi di Indonesia akan pulih pada tahun 2021, dan investasi akan melonjak 6,4% setelah cukup terdampak sejak pandemi Covid -19 bermula pada tahun lalu,” ujar Jamhadi, CEO PT Tata Bumi Raya ini.
Sehingga visi Indonesia untuk menjadi negara maju di tahun 2045 bakal mudah tercapai. Untuk menuju Indonesia jadi kekuatan ekonomi ke-5 terbesar di dunia itu, dari jumlah penduduk Indonesia sekitar 309 juta jiwa, maka produktivitas 52%, pendapatan per kapita USD 29.300, urban 75% tinggal di kota, middle income 80% kelas menengah, dan bisnis 73% kue ekonomi dari sektor jasa. Selain itu, perlu dipersiapkan untuk perubahan pola ekonomi kearah disruptif, dengan menyiapkan SDM Unggul produktif dan kompetitif dalam industri 4.0 ke 5.0. Penerapan e-commerce telah dimanfaatkan untuk peningkatan kualitas makers dan perluasan akses pasar. Saat ini sebanyak 50,87%, perusahaan ekonomi kreatif sudah menerapkan e-commerce. Sisanya 49,13% belum menerapkan hal tersebut. (DS)