Oleh karena itu Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak mengharapkan adanya mekanisme yang dapat digunakan secara cepat dalam menghadapi inflasi. Hal tersebut dikatakan Wagub Emil, saat High Level Meeting (HLM) dan Rapat Koordinasi Tim Pengendalian Inflansi Daerah (TPID) Dalam Rangka Jelang Akhir Tahun 2023 di Hotel Vasa Surabaya, beberapa waktu yang lalu,Jumat (20/10/2023).
Lebih lanjut Emil mengatakan bahwa Jawa Timur sebagai provinsi produsen utama komoditas pangan nasional, saat ini dihadapkan pada dilema tingkat inflasi yang disebabkan oleh komoditas pangan.
“Jawa Timur ini adalah produsen beras, jadi kita swasembada dan ada surplusnya. Tapi kita tidak bisa melarang orang luar Jawa untuk makan beras kita, karena ini NKRI bukan batas negara,” katanya.
Menurut Emil, kalau daerah lain kekurangan stok, maka mereka akan mengekspor kelangkaan itu ke Jawa Timur dengan mengambil barang dari Jawa Timur. Sehingga semua sendi mulai dari produsen sampai ke pasar itu harus terkoneksi dan terpantau.
Tidak dipungkiri kenaikan harga barang barang kebutuhan pokok dapat didorong oleh berbagai hal. Bisa jadi dari kenaikan harga produksi maupun kelangkaan bahan. Oleh karena itu, diskusi pada HLM ini harus melahirkan sistem yang dapat menyelesaikan hal tersebut.
“Saya minta tolong agar ada mekanisme untuk gerak cepat manakala kenaikan harga itu entah karena cost push atau memang terjadi kelangkaan supply. Jadi daerah yang harganya tinggi bisa mendapat manfaat dari daerah yang harganya lebih rendah kalau memang masih surplus,” tambah Emil.
Pada kesempatan ini suami Arumi Bachin juga menjelaskan bahwa mekanisme ini penting untuk keberlangsungan petani dan peternak. Mengingat, kontribusi Jawa Timur terhadap beberapa pangan nasional sangat prominent. Antara lain, padi 17,40%, jagung 31,26%, bawang merah 24,00%, gula 49,58%, telur ayam 23,56%, daging ayam 15,58%, dan daging sapi 22,25%.
“Tapi ini kita menghadapi buah simalakama. Kalau harga naik karena memang sarana produksinya naik, lantas untuk stabilisasi harga langsung kita guyur pakai operasi pasar, yang kasihan petani dan peternak,” katanya.
Hal ini, sebut Emil, bukan karena pemerintah tidak peduli konsumen. Melainkan upaya menjaga keseimbangan. Karena itu lanjutnya, saat ini TPID Jawa Timur melakukan enam upaya konkret pengendalian inflasi yang sesuai arahan Menteri Dalam Negeri. Yaitu dengan melaksanakan operasi pasar murah, sidak ke pasar dan distributor agar tidak menahan barang, gerakan menanam, kerjasama intra provinsi, merealisasikan belanja tidak terduga (BTT) guna menjaga inflasi, serta dukungan transportasi dari APBD
Tak hanya itu, pada HLM kali ini, juga dilaksanakan dua agenda penandatanganan kerjasama guna memperkuat ekosistem pengendalian inflasi pangan di Jawa Timur, yaitu Penandatanganan Kerjasama Intra Daerah Jawa Timur antara BUMN, BUMD provinsi, BUMD kabupaten/kota, dan pengelola pasar. Serta penandatanganan Komitmen Program Penguatan Korporasi Petani untuk meningkatkan kesejahteraan petani dengan off-farm mindet sekaligus mengendalikan inflasi.
Sementara itu Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur Adhy Karyono selaku Ketua Harian TPID Jatim juga memaparkan strategi 4K dalam mengendalikan inflasi Jatim, yaitu: Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif.
“Keterjangkauan harga lewat stabilisasi harga, mengelola permintaan, dan meningkatkan daya beli masyarakat melalui koperasi dan UMKM. Lalu Ketersediaan Pasokan dengan cara memperkuat produksi dan pengelolaan impor-ekspor pangan, penguatan cadangan pemerintah, dan penguatan kelembagaan,” jelasnya.
Sedangkan untuk Kelancaran Distribusi, akan dilakukan dengan cara penguatan kerja sama antar daerah dan meningkatkan infrastruktur perdagangan.
“Serta Komunikasi Efektif dengan cara memperbaiki kualitas data, koordinasi pusat dan daerah, dan mengendalikan ekspektasi inflasi,” tambahnya. (Deasy)