Jatimhits.id (Surabaya) – Tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali Rabu malam (2/7/2025) membuat kita harus melakukan perhatian serius terkait evaluasi sistem keselamatan transportasi laut di Indonesia, khususnya pada jalur penyeberangan antarpulau.
Pakar transportasi laut ITS, Dr Ing Ir Setyo Nugroho, mengungkapkan bahwa kecelakaan kapal feri seringkali terjadi karena kombinasi beberapa faktor, bukan hanya karena faktor alam, namun juga karena kelalaian manusia.
“Hampir 90 persen kecelakaan kapal terjadi karena kelalaian manusia,” ungkap pria yang akrab di panggil Yoyok ini.
Lebih lanjut, pria yang juga merupakan Dekan Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) ITS ini menjelaskan lebih jauh bahwa faktor dari kelalaian manusia ini antara lain mulai dari kurangnya pemeliharaan pada mesin kapal hingga tidak dilakukannya perhitungan stabilitas muatan secara tepat juga menjadi pemicu utama terjadinya kecelakaan kapal.
“Dari faktor kelalaian manusia tersebut, sebanyak 80 persennya terjadi karena muatan yang tidak ditangani dengan benar,” ujar Yoyok yang merupakan alumnus Magister Delft University of Technology,
Selain ketidaksesuaian muatan, dosen Departemen Teknik Transportasi Laut ITS ini menyebut bahwa cuaca ekstrem juga menjadi faktor penyebab yang tidak bisa diabaikan. Dalam beberapa tahun terakhir, kondisi cuaca laut yang sulit diprediksi dapat memperbesar risiko gangguan pada stabilitas.
“Cuaca yang tidak stabil juga menyebabkan tingginya gelombang air laut yang membahayakan,” tandasnya.
Lebih lanjut menurut Ahli Perencanaan Muatan ini mengungkapkan, bahwa kecelakaan laut yang dialami KMP Tunu Pratama Jaya menunjukkan adanya indikasi-indikasi penyebab kecelakaan yang terjadi secara bersamaan. Beberapa faktor seperti cuaca buruk, pengoperasian kapal yang tidak sesuai prosedur, hingga kondisi mesin yang kurang dirawat menjadi kombinasi yang memicu risiko tinggi terjadinya kecelakaan.
“Hal ini menunjukkan bahwa keselamatan pelayaran di Indonesia perlu menjadi perhatian serius,” tambahnya.
Oleh karena itu, Yoyok menekankan pentingnya dilakukan evaluasi kesempurnaan terhadap standar operasional pelayaran. Di antaranya adalah prosedur pemuatan, perawatan kapal, hingga pengelolaan navigasi. Tidak hanya itu, sistem manajemen muatan pun perlu diperbaiki agar setiap kapal memuat sesuai kapasitas dan stabilitasnya diperhitungkan secara akurat.
Bahkan pada kesempatan ini Yoyok sudah mengembangkan aplikasi digital iStow. Dimana aplikasi ini dibuat untuk mencegah terjadinya kecelakaan kapal akibat kesalahan kapal pada proses pengaturan muatan di atas sehingga dapat memberikan solusi bagi kemudahan sistem transportasi laut di Indonesia.
Upaya tersebut juga turut mendukung pencapaian _Suistainable Development Goals_ (SDGs) pada poin ke-9 dan 14. Yakni infrastruktur, industri dan inovasi serta menjaga ekosistem laut.
Pada kesempatan ini, Yoyok juga berharap agar perguruan tinggi mampu memberikan kontribusi luas untuk meningkatkan sistem keamanan laut global.
Selain itu juga diperlukan dukungan dan perhatian dari pemerintah dalam mengembangkan berbagai inovasi yang dihasilkan perguruan tinggi juga sangat penting untuk meningkatkan keselamatan transportasi laut dan mencegah kecelakaan di masa depan. (DEA)












